Pages

Senin, 30 Maret 2015

Kasus Pelanggaran HAM (Rasisme dan Diskriminasi) dalam Sepakbola Modern

        HAM atau Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Para penikmat sepakbola akhir-akhir ini dikeluhkan dengan maraknya kasus pelanggaran HAM atau Hak Asasi Manusia, diantaranya yakni kasus Rasisme dan Diskriminasi yang kebanyakan terjadi pada orang berkulit gelap.
         Kick It Out (Inggris) melansir laporan rasisme dan diskriminasi dalam sepakbola meningkat dari tahun sebelumnya. Badan anti diskriminasi tersebut mengumpulkan data dari level sepakbola profisonal dan mengklaim sedikitnya telah menerima 184 laporan kasus rasisme dan diskriminasi di tahun 2014. Dibandingkan tahun sebelumnya, 2014 mencatat 48 kasus lebih banyak dimana kasus rasisme mendominasi dengan 177 keluhan. Ini membuktikan bahwa kasus diskriminasi dan rasisme semakin meningkat.
         Belum lama ini terjadi kasus Rasisme yang “diduga” dilakukan oleh sekelompok fans sepakbola Chelsea FC kepada salah seorang penduduk lokal Prancis bernama Soleymane ketika hendak ingin menaiki kereta pada babak lanjutan liga champions eropa yang terjadi di negara prancis.
        Fans sepakbola Chelsea FC ini tidak mengizinkan Soleymane untuk masuk ke dalam kereta yang dimana banyak berisikan orang kulit putih. Mereka tidak menerima jika Soleymane ingin masuk hanya karna warna kulitnya gelap. Padahal itu adalah sarana transportasi umum milik negara prancis yang seharusnya para fans tersebut lebih menghormati penduduk lokal yang hendak ingin menggunakan transportasi umum tersebut.


        Ini jelas sangat meresahkan, karna pada dasarnya setiap orang berhak untuk menggunakan sarana transportasi umum tanpa membeda bedakan warna kulit. Sudah banyak warga eropa yang mengecam kasus ini dan berharap para pelaku rasis tersebut ditangkap untuk dilakukan proses hukum. Bahkan Jose Mourinho selaku manager dari chelsea pun sangat mengecam keras perbuatan yang dilakukan fans clubnya itu dan ia pun berjanji tak akan memberikan izin masuk ke dalam stadium kepada para pelaku rasisme tersebut. Pasalnya ini bukan kasus pertama kali ketika orang berkulit hitam mendapatkan perlakuan buruk dari orang berkulit putih.
        Di tahun 2014 pun pernah terjadi kasus serupa yakni rasisme yang dilakukan oleh fans sepakbola di Spanyol kepada salah satu pemain sepakbola profesional yang bernama Dani Alves yang berasal dari negara Brazil. Bahkan kasus ini lebih parah dikarenakan bukan hanya dicemooh oleh fans sebagai “Orang Hutan” saja tetapi dia pun dilempari pisang oleh fans yang berada didalam stadium.
           Faktanya Dani Alves seringkali menjadi korban pelecehan rasisme selama 12 tahun menjadi pemain sepakbola profesional di Spanyol. Namun dia selalu menahan emosi ketika dicemooh atau dihina dan dia pun malah memakan pisang yang dilempar oleh fans yang berada dalam stadium.


     Dengan dia memakan pisang tersebut banyak rekan-rekannya sesama pemain sepakbola profesional yang ikut melakukan tindakan tersebut lalu diunggah ke media sosial sebagai aksi “Stop Rasisme”. Dan ini menuai hasil yang sangat baik dengan banyaknya respon positif dari orang-orang yang mengecam keras perilaku rasisme yakni dengan membuat video mereka memakan pisang.


          Sepp Blatter pun selaku presiden federasi sepakbola dunia atau FIFA ikut mengecam keras aksi rasisme dan ingin mengurangi bahkan menghilangkan kasus rasisme dan diskriminasi yang terjadi dalam sepakbola. Bahkan dia pun siap memberikan sanksi tegas kepada tim sepakbola apabila ada fans mereka yang melakukan tindakan rasisme atau diskriminasi dengan mengurangi point, denda sejumlah uang dan mendegradasi tim, “saat kami melakukannya maka diskriminasi akan berakhir”, ucapnya dalam kongres CONMEBOL.